It came over me in a rush,
but I can't tell you why,
what I feel, what I feel inside..
Tetes-tetes air dari langit siang ini kembali mengingatkanku kepadamu. Yap, dengan benci aku menyatakan : masih tentang kamu. Pikiranku kembali memaksa bayanganmu singgah untuk beberapa saat. Meski sudah lelah aku bertahan, sangat lelah. Bahkan berkali aku berjanji menyerah. Kenyataannya? berkali pula aku mengingkar.
but I can't tell you why,
what I feel, what I feel inside..
Tetes-tetes air dari langit siang ini kembali mengingatkanku kepadamu. Yap, dengan benci aku menyatakan : masih tentang kamu. Pikiranku kembali memaksa bayanganmu singgah untuk beberapa saat. Meski sudah lelah aku bertahan, sangat lelah. Bahkan berkali aku berjanji menyerah. Kenyataannya? berkali pula aku mengingkar.
Masih ada kecewa, namun masih ada rasa. Masih banyak pertanyaan yang belom sempat kamu jawab! Tentu saja, karena aku tak pernah menanyakannya kepadamu. Aku terlalu takut. Takut bila pertanyaanku membuat tawamu hilang dari pandanganku. Dan, sekarang? Yap, ketakutanku terwujud.
Tawamu hilang. Rasamu sirna. Kamu berbeda.
Tawamu hilang. Rasamu sirna. Kamu berbeda.
Tawamu kini tak lagi untukku. Untuknya kini tawamu singgah.
Aku menanti tiap detik,
tiap menit,
tiap jam,
tiap hari,
tiap bulan,
tiap pagi,
tiap siang,
tiap malam.
Menanti kepastian. Menanti kamu. Menanti kita.
Ya, Tuhan begitu baik ketika menjawab doaku tepat pada waktu-Nya. Dan kamu pun begitu baik ketika menghilang dariku tepat untuk dirinya.
Mungkin aku begitu bodoh karena mempercayaimu. Percaya bahwa kamu mampu mengobati hatiku. Percaya bahwa kamu berbeda. Meyakinkan diriku sendiri bahwa kamu indah.
Dunia ini panggung sandiwara.. ceritanya mudah berubah..
Maaf, aku masih belum mampu berubah.
Perasaanku bukan komputer yang bisa menyimpan semua data dengan Ctrl-S dan dengan mudah menghapus semua data dengan Ctrl A-Delete.
"Melihat tawamu yang sedang jatuh cinta, ada dekap bahagia dalam hatiku yang tersamar oleh perih"
rasa berbatas kata,
kata berbatas peristiwa,
kita hanya bisa menerima..
- beatrich titik dua kurung tutup -
0 comments:
Post a Comment